Mental Health


    
            Pandemi COVID-19 membuat kita mati gaya dan terpuruk. Orang-orang dihimbau untuk tetap dirumah untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Namun perlu diketahui,selain mengancaman kesehatan fisik,pandemi sebenarnya juga mengintai kesehatan mental kita. Banyak orang berada di masa sulit akibat pandemi COVID-19 ini. Bahkan.tak sedikit orang diluar sana yang bahkan sampai harus kehilangan orang yang dicintai akibat meregang nyawa lantaran dampak dari Pandemi COVID-19 ini.

    Dengan berbagai perubahan yang terjadi secara drastis semenjak diberlakukannya new normal yang mengatur tentang bagaimana kita beraktivitas dan bersosialisasi,Ditambah lagi media yang tidak bertanggung jawab kerap memperkeruh isi pikiran kita dengan menyebar kepanikan & rasa takut yang berlebihan. Akibatnya,banyak orang yang jadi merasa sedih,depresi, cemas, takut, dan kehilangan semangat hidup.

    WHO (World Health Organization) menilai bahwa sampai saat ini,hampir 1 milyar orang hidup dengan gangguan mental,dan satu orang setiap 40 detik meninggal karena bunuh diri. Masalah akan hal ini kian menjadi-jadi ketika mereka mendapati bahwa kebanyakan orang-orang yang menderita gangguan mental maupun penyakit mental kerap kali baru meminta pertolongan profesional seperti psikiater ketika gangguan maupun penyakit mental yang mereka derita sudah sangat parah.hal ini selain memperkecil kesempatan penderita untuk dapat beraktivitas normal,namun juga memicu meningkatnya kasus bunuh diri akibat gangguan maupun penyakit mental yang mereka derita.

    Hal-hal tersebut tentu saja membuktikan bahwa dunia kita sekarang sedang tidak baik baik saja,dan semakin banyak orang-orang diluar sana yang tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya mengalami masalah yang berkaitan dengan Kesehatan Mental. Bahkan sekarang sedang marak munculnya kasus yang disebut “Psikosomatik” dimana orang-orang mengaku merasakan gejala COVID-19 seperti Demam, Kesulitan bernapas, dan Rasa lelah yang berlebihan padahal setelah di tes menunjukkan hasil negatif (tidak terinfeksi COVID-19). Psikosomatik sebenarnya adalah kondisi dimana tubuh kita terpengaruh dengan isi pikiran kita sendiri. Contohnya,ketika kita sedang marah,denyut jantung kita meningkat.Atau saat kita stress,tubuh kita biasanya merespon dengan rasa pusing dan tidak enak badan

    Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk dijadikan solusi terhadap masalah-masalah demikian.Pertama, dengan senantiasa bersyukur dan sibukkan diri kita dengan hal-hal positif. Kita juga perlu mempelajari cara untuk bisa menenangkan diri sendiri. Kedua, pilah informasi mengenai COVID-19 yang kita terima,abaikan penyedia berita yang menyebarkan kepanikan dan rasa takut yang berlebihan dan mulailah beralih kepada penyedia berita yang transparan,netral,dan bijak dalam menyampaikan berita.Ketiga, tetap bersosialisasi dan terhubung dengan orang orang yang kita sayangi,karena perlu diketahui, bahwa perbedaan yang paling kentara dari pandemi ini adalah ketidakmampuan kita untuk dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang yang kita sayangi, maka dari itu usahakan untuk tetap memenuhi kebutuhan kita sebagai makhluk sosial dengan tetap berkomunikasi dengan orang yang kita sayangi, bisa dengan berbicara dengan orang tua, video call dengan teman terdekat atau main bersama sahabat sewaktu sekolah. Keempat, cobalah untuk mengisi rutinitas kita dengan hal-hal yang positif seperti mengikuti Kursus daring, Pelatihan daring, Seminar daring,Memasak makanan favorit ,hingga berolahraga,tak hanya bagus untuk pengembangan diri,hal-tersebut juga baik untuk menjaga suasana hati agar lebih stabil dan positif. Terakhir, yang tak kalah penting adalah dengan belajar untuk menerima keadaan, hidup memang tak selalu berjalan sesuai rencana,namun percayalah bahwa tuhan sedang menguji kesabaran kita, alihkan fokus kita pada apa yang bisa kita kendalikan dan jangan terlalu memusingkan sesuatu yang berada diluar kendali kita sebagai manusia, percayalah bahwa sekarang dunia sedang bahu membahu bekerja keras untuk menemukan vaksin sebagai salah satu usaha agar kita bisa beraktivitas seperti sedia kala tanpa takut akan virus lagi.Tetap positif!

Motivation Letter




    Semua orang pasti pernah merasa sedih ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Hal ini kemudian dapat memicu rasa ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Rasa ketidakpuasan ini membuat kita melihat orang lain dengan rasa iri Dan melihat diri sendiri dengan rasa kecewa. Media seperti TV, film, dan media sosial dapat membuatnya lebih parah dengan meracuni kita dan mendoktrin kita agar berpikir bahwa kita harus mendapatkan pekerjaan mainstream agar dianggap sukses,harus selalu mengalami rasa bahagia secara konstan dan terus menerus, punya fisik yag menarik, punya banyak teman sampai menemukan cinta sejati. Lalu, berbagai produk perawatan diri juga secara tidak langsung mendoktrin kita agar tidak berpuas hati kepada diri sendiri dan membuat kita berpikir bahwa, ini semua adalah salah kita sendiri karena tidak berjuang cukup keras untuk membeli produk-produk tersebut untuk membuat kita menjadi manusia yang “lebih baik”. 

    Untuk mengatasi berbagai hal negatif seperti itu, kita harus melihat sesuatu dengan berbagai sudut pandang dan meresponnya dengan sesuatu yang positif. Misalnya, saat kita merasa iri dengan postingan orang lain di dunia maya karena kehidupan mereka terlihat sangat menyenangkan dan gembira, perlu diingat bahwa tidak ada manusia yang selalu merasa bahagia dan senang, setiap orang pasti merasa sedih di beberapa titik kehidupan mereka, dan juga media sosial pada dasarnya memang merupakan tempat dimana orang-orang cenderung memamerkan momen-momen bahagia mereka, dan bukannya momen terpuruk mereka. Jadi perlu diingat bahwa media sosial tidak pernah mewakili seseorang secara nyata. 

    Dan juga, dalam hidup ini kita harus paham betul bahwa setiap orang punya masa bahagia,sukses dan masa menyedihkan mereka masing-masing, dan cara kita merespon mereka yang sedang bahagia / sukses dengan cara memberi ucapan selamat,bukannya dengan merespon dengan iri, sebab yang namanya manusia pasti membutuhkan apresiasi dalam hidupnya, dan kita sebagai manusia yang hidup secara berdampingan dan koeksis satu sama lain dengan manusia lainnya harus paham akan hal tersebut. 

    Dan juga untuk menghadapi hal-hal demikian, kita perlu membekali diri kita dengan rasa syukur. Walaupun rasa syukur terdengar seperti hal yang sepele dan mainstream, namun begitulah faktanya. Rasa Syukur merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengatasi perasaan negatif yang disebabkan oleh rasa ketidakpuasan. 

    Rasa syukur bisa sangat berbeda bagi tiap individu. Kita bisa merasa bersyukur pada orang yang melakukan sesuatu baik kepada kita. Bahkan kita bisa merasa bersyukur terhadap hal sesederhana alam dan cuaca. Rasa syukur sebenarnya sudah terpaut didalam diri kita masing-masing. Peneliti menemukan bahwa rasa syukur merangsang jalur di otak kita yang berhubungan dengan perasaan akan dihargai. Rasa syukur juga ternyata secara langsung melawan pikiran dan sifat negatif seperti iri, perbandingan sosial, kenarsisan, kesinisan dan materialisme. Efeknya, orang yang selalu merasa bersyukur untuk apapun yang terjadi dihidupnya rata-rata merasa lebih bahagia dan lebih puas akan hidupnya. 

    Rasa Syukur kerap kali muncul ketika kita berhasil melewai masa sulit. Hal ini karena saat kita bersyukur,otak akan membandingkan keadaan kita sekarang dengan keadaan kita saat berada di masa sulit. Singkatnya, rasa syukur membuat kita fokus kepada hal hal baik yang kita miliki dan dampak dari rasa syukur ini adalah perasaan yang lebih baik dan hidup yang lebih positif.

    Ada cara yang bisa kita lakukan agar menjadi orang yang positif dan senantiasa bersyukur. Namun, ilmuan menyatakan tidak ada yang tahu sampai sejauh mana rasa syukur dapat dilatih maupun berapa lama rasa syukur bisa bertahan. Namun, rasa syukur sebenarnya dapat dilatih dengan cara mulai membiasakan diri untuk bersyukur terhadap hal- hal kecil, bahkan sesederhana rasa syukur terhadap makanan yang ada dimeja makan atau sesederhana rasa syukur karena masih bisa hidup sehat hingga saat ini. Renungkan hal hal positif yang pernah terjadi di hidup kita atau hal baik yang pernah orang lain lakukan kepada kita. 

    Walaupun terlihat seperti terlalu mudah,namun hal ini bukanlah omong kosong belaka. Penelitian telah membuktikan bahwa orang yang senantiasa mempraktekkan dan membiasakan hal tersebut menjadi lebih positif dan bahagia dari sebelumnya. Pada akhirnya, kunci untuk memahami, menerima, dan menyayangi diri kita sendiri terletak di diri kita sendiri